Monday, February 9, 2009

*Merawat Sahabat*

*"You should not judge another person until you have walked two moons in their moccasins." (pepatah Indian kuno)*
Sahabat itu ibarat tanaman di pekarangan. Ia harus dirawat dan dipupuk. Jika tidak, ia akan mati meranggas. Selayaknya tanaman, ia juga berbeda-beda jenis. Sehingga berbeda-beda pula perlakuan kita untuk lebih menyuburkannya.
Saya sebetulnya baru-baru ini saja memahami betul perbedaan makna "sahabat" dan "teman". Secara teori kognitif, perbedaan semantik tersebut mingkin sudah kita kunyah sejak SMP. Namun secara *maknawiyah* atau nilai rasa mungkin beberapa diantara kita yang memahami nya. Terlebih ketika kita memasuki gerbang kehidupan berumah tangga dengan segenap suka dukanya. Ketika banyak orang menyangka seseorang yang sudah menikah, dengan asumsi punya istri atau suami sebagai teman hidup juga sahabat hidup, otomatis tak butuh sahabat, sejatinya kebutuhan akan sahabat itu sebenarnya tetap sama. Bahkan bisa jadi lebih besar dari fase kehidupan sebelumnya.

Teman akan menjadi penyelamat ketika kita dalam kesulitan, ketika arus terlalu deras untuk kita dilawan sendirian.Dasar filosofis *a friend indeed is a friend in need*. Sahabat adalah teman di kala susah. definisi "sahabat" adalah tidak cukup untuk menggambarkan keragaman makna persahabatan.Dalam suatu titik waktu dalam hidup kita apakah kita pernah merenungi bagaimana kita memperlakukan orang-orang disekitar kita, keluarga, tmen dan sahabat.

Apatah lagi mengucapkan tahniah ultah, memenuhi undangan pernikahan, kadang kita bisa tak datang dengan alasan sepele, semisal "tak enak badan" atau 5A (*Afwan, Akh, Ana Ada Acara*). Kelahiran anak, bagi kita yang masih melajang, adalah hal biasa, teramat biasa.Maka kita tidak merasa berdosa, ketika hanya bisa ucapkan selamat untuk sang sahabat yang sedang berbahagia itu. Dan kita terkadang bingung, ketika kita menghadapi orang yang *rungsing* hanya karna belum sempet dateng menjenguk tetangga yang melahirkan *Hey, is it a problem?*.

Mungkin itu bukan masalah jika kita tak memandangnya sebagai masalah. Tapi,saat kita menganggapnya bukan masalah, sebenarnya itulah masalah sebenarnya. Saat tampak noda hitam di wajah kita saat becermin bisa jadi bukan masalah di wajah kita tetapi masalah di cermin yang memang bernoda hitam.

*"Laugh, and the world laugh with you. Weep, and you will weep alone."*Tertawalah, maka dunia tertawa bersamamu. Menangislah, dan kamu akan menangis sendirian.

*Give, and it will be given to you*
Ikhlas memberi, tak peduli apa pun balasan yang akan diterima(apakah pahit, manis atau masam), itu intinya dalam merawat sahabat.Toh TUHAN Maha tau akan hamba-Nya
Ia takkan pernah alpa akan, hatta, setitik pun debu di penjuru bumi. Betul, bahwa sahabat adalah orang yang, terutama,datang di waktu duka. Betul, bahwa saat duka, cenderung kita hanya akan mendapati diri kita seorang diri. Apalagi jika saat menangis itu, tampang kita menjadi jelek sekali. Tak enak dilihat. Tapi hidup ini bukan soal betul atau salah seperti soal ujian di sekolah. Ia adalah kumpulan hikmah, yang terkadang perlu dilihat dari sudut yang lebih kaya dengan kelapangan hati karena sifatnya yang misterius.

Perdamaian memang indah, seperti tertera di spanduk-spanduk yang dipasang TNI pada sekitar 1999. Meski belum tentu memenuhi hasrat keadilan. Tapi,inilah hidup. *C'est la vie*. *Enjoy aja!* (kata sebuah iklan rokok di TV).


Photo by : aku sendiri
aku yang pake baju hitam


Read this | Baca juga yang ini



0 komentar:

Post a Comment